Reviews

Our Story by Orizuka

hazelaudyy's review against another edition

Go to review page

4.0

baguss :))

kumomikureads's review against another edition

Go to review page

5.0

Duh, saya suka banget sama cerita sekolahan yang kayak begini. Makasih karena Orizuka udah menulis cerita ini dengan sangat baik, kata-katanya mengalir banget dan bikin saya bisa membayangkan setiap adegannya di dalam kepala seperti sebuah film. Tokoh-tokohnya kuat dan konflik-konflik yang ada di dalam cerita juga sangat remaja banget. Isu-isu seperti narkoba, seks bebas, tawuran, sampai anoreksia ada di buku ini.

Di buku ini, pembaca diperlihatkan sisi lain dari kehidupan anak-anak remaja yang biasanya hanya dipandang sebelah mata sama orang-orang. Bener banget, masyarakat seringkali cuma melihat apa yang ada di luar tapi nggak pernah mau tahu apa yang ada di dalam... bahwa setiap hal terjadi atau seseorang bisa menjadi 'sesuatu' itu karena ada penyebabnya, bukan semata-mata karena mereka memang sukarela mau jadi seperti itu. Dianggap sampah tanpa ada yang mau memahami mereka.

Intinya, saya suka banget sama buku ini... makasih ya A.S. Dewi udah minjemin saya buku ini.

Jadi pengen punya... #eh

Hmm... kalau ditanya tokoh mana yang saya paling suka... saya nggak bisa memutuskan. Semuanya saya suka!! #serakah

jeje_jen's review against another edition

Go to review page

4.0

ide yang tidak biasa, cerita yang luar biasa.

Aku salut dengan tema yang diambil oleh Orizuka. Tentang kehidupan anak-anak di sekolah buangan. Kisah mereka juga membuatku berpikir, betapa beruntungnya aku. Kisah yang sangat inspiratif dan membuatku terharu, dan aku sangat menyukainya.

Pengembangan karakternya juga patut diacungi jempol. Tokoh-tokoh yang penting disini—Yasmine, Nino, Ferris, dan Mei—berhasil dikembangkan dengan sangat baik. Yasmine yang polos dan seperti malaikat, Nino yang kasar sekaligus sweet, Ferris yang baik hati dan lembut, serta Mei yang kuat dan mandiri. Aku jatuh cinta dengan tokoh-tokoh tersebut.

p3n1's review

Go to review page

4.0

Kayaknya emang karya Orizuka ini nggak bisa saya pisahkan dari cerita berbau drama kroya... :D

bahkan di review saya di sini, saya malah memilih beberapa pemain drama kroya, seandainya mereka memainkan film ini. hahaha. review lengkap silakan dibaca di sana aja, ya... :D

ossyfirstan's review

Go to review page

2.0

menemukan buku ini di langganan buku bekas, dan satu kalimat untuk novel ini :
" Tidak bagus, tidak buruk juga "

dreeva's review

Go to review page

4.0

Wow, saya ga nyangka bisa baca buku ini cuma dalam waktu sehari.
Saya tau ini teenlit, cerita SMA, yang saya rasa akan membosan seperti cerita teenlit biasa, ternyata saya salah, saya membaca teenlit seru :)

Jujur saja, awalnya saya beli buku ini karena melihat di sampul plastiknya, tertulis "Donasi Rp. 500 tiap pembelian buku ini untuk sekolah juara". Ditambah dengan logo Rumah Zakat di bagian belakang cover buku ini, meneguhkan hati saya untuk membeli, lagian harganya juga ga mahal kok :D

Sebelumnya, saya udah beli Fate, karena pengen baca tulisannya Orizuka, tapi ternyata Fate keduluan sama Our Story ini. Dan, ternyata saya suka cara Orizuka menulis dan bercerita dalam buku ini, yang selanjutnya akan membawa saya membawa buku-buku Orizuka laennya.

Our Story bercerita tentang kehidupan di sekolah para tokoh utamanya. Saya juga bingung, ini kayaknya yang jadi tokoh utama agak banyak, sebut saja Yasmine yang memang dari awal diceritakan dalam buku ini, tapi nanti keluar Ferris, si ketua kelas dan juga ketua OSIS, lagi kita menemukan nama Nino, si tukang berantem tapi ganteng. Mungkin bisa dibilang ada 3 tokoh sentral dalam buku ini :)

Yasmine, pindahan dari Amerika, tapi akhirnya harus masuk ke SMA Budi Bangsa atas kesalahan orang suruhan Ayahnya yang salah mendengar, harusnya ia dimasukkan ke SMA Bukti Bangsa yang bertaraf internasional. SMA Budi Bangsa ternyata adalah sekolah sampah yang ternyata di dalamnya kita temui siswa-siswanya dari berbagai latar belakang, dari yang nilainya kecil yang tidak diterima di sekolah manapun, yang miskin hingga pelacur. Guru honorer yang malas datang, malas mengajar membuat sekolah ini memang terlihat sekali sekolah buangan.

Tapi ternyata ada siswa terbaik, Ferris, Sang Ketua Osis yang sebenarnya berasal dari keluarga terhormat, kaya, pintar, ganteng tapi ternyata Ferris punya misi lain hingga akhirnya dia memutuskan untuk pindah ke SMA Budi Bangsa. Nino yang dikenal sebagai ketua genk di SMA tersebut ternyata menyimpan rahasia yang tidak ada seorang pun yang tau, tapi sejak Yasmine masuk ke sekolah itu, semuanya berubah.

Saya berasa nonton film remaja kayak Catatan Akhir Sekolah waktu baca buku ini. Kehidupan remaja yang sebenarnya memang bukan cuma percintaan aja, tapi juga persahabatan, juga impian meraih cita-cita. Ga semua novel remaja menyuguhkan cerita semenarik ini menurut saya. Buku ini juga memperlihatkan keprihatinan penulis pada dunia sekolah atau khususnya SMA pinggiran kota besar yang jauh dari kesan sekolah juara, sekolah yang memberikan pendidikan terbaik pada siswa juga didukung oleh guru yang kompeten di bidangnya.

Semoga banyak yang membeli dan membaca buku ini ya :)
Mari kita sama-sama membangun pendidikan di negara kita agar lebih baik.

destinugrainy's review

Go to review page

4.0

Beli novel ini nitip sama teman, waktu ada sale. Lumayan bgt dengan harga 10rb dapat novel bertanda tangan Orizuka. Tapi yah...sama dengan novel-novel lainnya, sempat ketimbun juga sih.

Novel ini berkisah tentang Yasmine, yang harus pulang dari Amerika karena ibunya sakit keras. Seorang kenalan ayahnya membantunya untuk masuk ke salah satu SMA Internasional di Jakarta. Sayangnya, karena keteledoran orang suruhan teman ayahnya itu, bukannya masuk ke Sekolah Internasional dia malah masuk ke sekolah bobrok alias sekolah buangan. Sekolah itu benar-benar buangan. Isinya anak-anak buangan. Yang cowok kerjanya tawuran dan jadi preman, yang cewek jadi pelacur. Kaget juga ada sekolah kayak gini di Jakarta. Penggambarannya dapat banget, membuat saya benar-benar ngerasain "hancur"-nya sekolah itu.

Di sana dia bertemu Nino, ketua preman di sekolah itu yang kemana-mana suka bawa tongkat baseball. Ada juga Ferris, ketua kelas dan ketua OSIS, satu-satunya siswa yang normal. Ada Sisca, yang selalu sinis sama Yasmine. Ada Mei, gadis cantik yang punya tarif mahal yang mau menjadi teman Yasmine dan Ferris. Masing-masing punya konflik pribadi, yang membuat mereka yakin bahwa diri mereka adalah anak-anak buangan (kecuali Ferris dan Yasmine, tentunya). Ada juga guru-guru hingga kepala sekolah yang sangat cuek dengan anak didiknya.
Ferris sendiri punya misi, sebagai siswa kelas 12, dia ingin dia dan teman-temannya bisa lulus Ujian Nasional. Saat dia mengajukan misi itu ke Kepala Sekolah, yang ada dia malah mendapat tanggapan negatif. Belum lagi teman-temannya yang mencibirnya.

Di antara beberapa tokoh yang muncul, saya suka dengan Ferris yang punya pikiran positif dan niat mulia. Saya juga suka dengan Mei, yang akhirnya bisa memberanikan dirinya untuk kembali bermimpi. Mereka bukan tokoh utama, tapi tanpa keduanya novel ini malah terasa biasa saja.

Dialognya asyik, joke-nya juga dapat. Tidak berlebihan. Satu-satunya harapan saya adalah bahwa cerita ini hanya fiktif. Bahwa tidak ada sekolah yang benar-benar seperti itu.






moonchildshine's review

Go to review page

emotional medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? N/A
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

syflthfia's review

Go to review page

5.0

Baca ulang. Tapi setelah sampai di lembar terakhir pun, saya tetap aja nangis, juga tetap jadi novel teenlit favorit saya. :)

astereads's review

Go to review page

4.0

Bahasanya sederhana, ceritanya sederhana. Tapi realistis, dan saya suka. Saya ngga inget pernah menghina siswa seperti mereka, tapi saya yakin saya pernah, sebatas lewat di pikiran. Dan Orizuka sukses memberian gambaran lain kehidupan mereka untuk saya. Untungnya saya baca ini sekarang, 19 tahun, sudah 2.5 tahun yang lalu lulus SMA. Saya benar-benar bisa memahami mereka dari sisi orang dewasa, bukan mencibir karena ngga suka. Sejujurnya, saya berharap ada wakil rakyat yang baca cerita semacam ini, kalau mereka enggan singgah untuk memantau kehidupan rakyat kecil. Saya ingin mereka diselamatkan. Karena Indonesia juga punya masa depan.
More...