Reviews

Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari

ramdhanhabib's review against another edition

Go to review page

5.0

Saya membaca buku ini menggunakan platform digital, bukan beli tapi meminjam di e-library milik Kementerian Keuangan.

Jelas, saya membaca buku ini karena banyak sekali review positif dari banyak bookfluencer setelah melahap bacaan ini. Hingga akhirnya saya berhasil menemukan buku ini free to read di platform digital itu.
Saya sudah kena spill kalau gaya penulisan Ahmad Tohari itu sungguh detil dalam menggambarkan latar suatu cerita. Dan Ronggeng Dukuh Paruk dibuka dengan paragraf yang begitu indah. Menggambarkan bagaimana kondisi Dukuh Paruk yang masih asri dengan segala kemelaratannya dan alam yang menaunginya.

Ahmad Tohari benar-benar seperti menulis puisi dalam setiap paragrafnya. Beberapa kali memang terkesan bertele-tele tapi seringnya itu justru memperkuat saya sebagai pembaca untuk menyelami dan diajak untuk ikut merasakan pergulatan batin para tokohnya.
Ronggeng Dukuh Paruk juga ikut menceritakan bagaimana efek samping yang luar biasa pasca kejadian "geger komunis 1965" bagi seorang bekas tahanan dan struktur kemasyarakatan.

Buku ini diakhiri dengan kondisi yang sungguh tragis dan memilukan. Bagaimana seorang yang dulunya jaya bisa menjadi gila karena harapan yang begitu tinggi dihempas begitu saja menghujam ke dalam bumi.

"Bahwa zaman berjalan sambil mengayun ke kiri dan ke kanan. Setelah Dukuh Paruk mencapai puncak kebanggaan, kini zaman mengayunkannya ke kurun yang membawa serta kebalikannya.”

titdoc's review

Go to review page

dark emotional sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? No

4.0

jiao_li's review against another edition

Go to review page

dark emotional sad slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.75

avrilxxx_'s review against another edition

Go to review page

emotional reflective slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0

kangrantdanmei's review against another edition

Go to review page

dark emotional tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? No

4.5

bbildanainat's review

Go to review page

challenging emotional informative tense

4.5

maulidizikri's review

Go to review page

5.0

Wahh gila!!!
Aku menyesal karena lama banget anggurin buku ini, ternyata sebagus itu!!
Aku ga ikhlas sama ending ceritanya, aku mau Srintil hidup bahagia! Srintil berhak bahagia!!

mobyskine's review

Go to review page

4.0

Naskhah bertema tradisi, sosial dan kemasyarakatan ini diterbitkan pertama kali sekitar 1980an dalam bentuk trilogi dengan 3 judul berbeza namun edisi Gramedia ini telah satukan kesemuanya dalam satu novel dengan judul Ronggeng Dukuh Paruk sempena latar dan karakterisasi pada naratif yang berlegar sekitar desa kecil Dukuh Paruk dan Srintil, si penari ronggeng.

Eksposisi awalnya agak bagus. Penceritaannya deskriptif dan aku suka ambien latarnya yang klasik dengan suasana asli perkampungan, jalur tradisi dan perihal sosialisasi masyarakatnya. Kisah Srintil dari kecil sudah digarap dengan agak tragis dan di buku pertama segalanya bermula bila Srintil dikatakan mewarisi indang ronggeng sehingga dia diangkat menjadi seorang ronggeng seawal usia 11 tahun. Persahabatan Srintil dan Rasus, teman dari kecilnya jadi renggang setelah Rasus kecewa Srintil perlu melayan lelaki di pentas ronggeng atas alasan menuruti kehendak adat. Rasus bawa diri menjadi tentera di awal remajanya dan di sinilah karakterisasi Srintil mula dirundung dengan permasalahan psikologi dan drama keluarga yang agak intens.

Selitan kemelut politiknya sekitar gerakan 30 September dan pembantaian Indonesia 1965 agak ringan bagi aku namun eksplorasi dan impak tragedi pada latar dan karakternya amat menggugah emosi. Terkesan dengan nasib Srintil yang harus memula hidup baru selepas menjadi tahanan, masih diduga dengan ekspektasi masyarakat dan Nyai Kartareja yang mahu dia terus ‘menjual diri’ walaupun Srintil mahu pilih dan buat keputusan sendiri. Emosi dan mental Srintil makin parah di buku ke-3, perasaannya yang mahu menjadi suri dan ibu ditolak Rasus sehingga satu insiden di bahagian akhirnya menjerat depresi dan mental Srintil dengan teruk. Tertarik juga dengan karakter Rasus yang awalnya juga terjerat dengan masalah perasaan kerana membesar tanpa kasih seorang ibu. Satu bahagian naratif diberi perspektif Rasus jadi boleh faham lebih perinci kisah Rasus selain perasaan kasihnya pada Srintil juga tekanan emosinya yang tak dapat terima status Srintil yang menjadi ronggeng.

Naskhah yang agak bagus dalam mengangkat tema berkaitan tradisi, sosial, politik, psikologi, kedewasaan, hubungan kekeluargaan dan persahabatan. Refleksi ekonomi dan gaya hidupnya sesuai dengan perubahan zaman mengikut latar dan garis masa. Efisiensi bahasanya juga cukup teliti dan menarik bagi aku. Mungkin akan cari naskhah Ahmad Tohari yang lain pula nanti. 4.3 bintang untuk Ronggeng Dukuh Paruk!

lutfiantoalfi's review

Go to review page

challenging dark reflective sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

aandahh's review

Go to review page

adventurous dark emotional hopeful informative lighthearted mysterious relaxing sad slow-paced

4.5