Reviews

9 Summers 10 Autumns by Iwan Setyawan

adnanwijayarso's review

Go to review page

1.0

Just found the book on my shelf a few days ago, I remembered reading it on my college years. It made me wonder, why didn't I finish this book? So I decided to reread the book.

This review is purely subjective based on my feeling when I read the book and not meant to vilify the author.

While I'm sure the writer and the characters are great people in real life, the book has no plot whatsoever – which I would simply let go if this is an autobiography, but it is not. The little boy with the red-and-white uniform adds nothing to the story. It's kinda ironic how every exciting and inspirational step on the author's journey is portrayed in this book whose so little, if any, flow to its chapters.

januaryrain's review

Go to review page

3.0

Jujur ya agak terpaksa untuk nyelesaiin bacanya. Tapi kalau nggak nyelesaiin baca, bakalan ngerasa bersalah. :') Buat saya ceritanya terlalu datar, nggak ada yang bikin deg-degan atau penasaran untuk baca chapter selanjutnya. Selain itu tiap chapter nya terlalu sedikit ceritanya. Alasan yang terakhir saya kurang suka buku ini tuh saya selalu ngerasa risih tiap kali ada anak kecil itu, pasti ada kata "i love you" "i need you" "kucium keningnya" "kudekap..." dan lain-lain. Gimana ya.... Rasanya tuh janggal pas baca bagian-bagian itu.

monski007's review

Go to review page

3.0

Hmmmmmm....

Disuruh bapak baca. Agak2 giddy dengan anak kecilnya.. hehehe..

antariksach's review

Go to review page

3.0

Diksi kurang variatif.

dreeva's review

Go to review page

3.0

Awalnya saya memburu buku ini karena ingin tau, bagaimana ceritanya anak supir angkot dari daerah Batu bisa jadi seorang direktur. Tapi, setelah liat cover 2 buah apel yang bersiluet gunung dan satunya lagi Statue of Liberty membuat saya tambah penasaran dengan buku karya Mas Iwan ini.

9 Summers 10 Autumns.
Dari Kota Apel ke The Big Apple.
Ditambah gambar 2 apel merah bersiluet itu membawa buku ini amatlah menarik bagi saya.
Ekspektasi saya buku ini akan seperti bukunya A. Fuadi, Ranah 3 Warna mungkin atau seperti Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.
Ternyata, sepertinya saya ekspektasi saya terlalu tinggi untuk buku ini.

Saya mengira ini akan menjadi buku yang akan memompa semangat seorang anak dari keluarga kecil, yang katakanlah miskin, bisa mengejar cita-citanya hingga ke New York. Namun, ternyata buku ini hanya menceritakan perjalanan hidup Iwan Setyawan, si penulis dari awal kecil dengan keluarganya hingga ia mendapatkan pekerjaan di New York sebagai Director, Internal Client Management Nielson Consumer Research.

Saya agak sedikit kecewa.
Saya berharap buku ini bisa, ya paling tidak seperti Sang Pemimpi, yang membawa kita semmua sebagai pembaca terpompa untuk bisa meraih cita-cita dan harapan setinggi-tingginya walau berlatarbelakang keluarga yang kurang berada. Tapi, Mas Iwan justru hanya menceritakan pengalamannya saja. Dari keluarga, Bapak, Ibu, semua saudara perempuannya, hingga saya dengan mudah menebak, tiap bab akan bercerita tentang apa. Buku ini bisa dibilang sebuah catatan perjalanan Mas Iwan hingga sampai ke New York.

Mas Iwan memang memberikan kenyataan pada semua pembaca, bahwa kehidupan yang awalnya biasa saja, bisa menjadi sesuatu yang luar biasa, jika kita mengusahakannya dengan sungguh-sungguh. Penulis, membawa contoh, bagi semua orang bahwa dengan kerja keras dan pendidikan yang baik, kita semua bisa menjadi lebih baik taraf hidupnya, apalagi dengan dukungan keluarga.

anpurnama's review

Go to review page

2.0

sampai buku ini selesai, saya masih belum mendapat penjelasan, siapa anak kecil teman cerita sang pelaku utama --"
buku ini menarik karena, pelaku utama sering sekali flash back. saya kira hanya saya..

rmarcelita08's review

Go to review page

4.0

Iwan Setyawan, anak seorang tukang angkot dari kota Batu, Malang, dibesarkan dalam kesederhanaan. Masa kecilnya diwarnai oleh kesulitan ekonomi, perjuangan hidup, dan kerja keras. Tetapi, dengan tekad yang kuat, kerja keras, dan kekuatan mimpi, anak tukang angkot ini menggapai sukses hingga akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan di kota New York, Amerika Serikat. Buku ini menceritakan kisah perjuangan hidup Iwan dari kecil hingga akhirnya berhasil menjabat sebagai direktur sebuah perusahaan prestigius di New York, selagi mencari jati diri dan arti dari kehidupan.

Kisah yang inspiratif, menyentuh hati dan cukup mengharukan. Prosanya begitu puitis dan indah, tidak seperti buku-buku motivasi atau autobiografi kebanyakan. Pak Setyawan memilih menceritakan kisahnya melalui alur cerita fiktif, sehingga berhasil menarik perhatian pembaca. Figur si anak laki-laki dengan seragam merah-putihnya yang mengikuti Pak Setyawan selama perjalanan hidupnya di New York merupakan sebuah simbol yang indah. Melalui si bocah kecil, Pak Setyawan mengajak kita untuk memerhatikan kepolosan, keindahan, dan rasa keingintahuan di dunia ini.

Satu kelemahannya hanya beberapa kata yang diulang-ulang terus sepanjang buku, sehingga maknanya semakin berkurang/kurang efektif dan bermakna lagi. Contohnya adalah kata "bersih", "kecil", dan "hangat." Menurut saya harusnya beberapa kata-kata tersebut diganti dengan kata lain agar kata-kata tersebut tidak kehilangan maknanya.

Saya ingin menonton filmnya sekarang. Sebenarnya saya sudah punya buku ini lama sebelum filmnya keluar, tapi baru dibaca sekarang, hehehe. Sepertinya filmnya akan bagus.

aedanji's review

Go to review page

5.0

the most heartbreaking book ive ever read. reading this during my final year of secondary school, I found myself weeping.

whatzeereads's review

Go to review page

3.0

Jujur ya agak terpaksa untuk nyelesaiin bacanya. Tapi kalau nggak nyelesaiin baca, bakalan ngerasa bersalah. :') Buat saya ceritanya terlalu datar, nggak ada yang bikin deg-degan atau penasaran untuk baca chapter selanjutnya. Selain itu tiap chapter nya terlalu sedikit ceritanya. Alasan yang terakhir saya kurang suka buku ini tuh saya selalu ngerasa risih tiap kali ada anak kecil itu, pasti ada kata "i love you" "i need you" "kucium keningnya" "kudekap..." dan lain-lain. Gimana ya.... Rasanya tuh janggal pas baca bagian-bagian itu.

lostalleycat's review

Go to review page

4.0

The story is inspirational indeed. I'm not going to protest the content in which it is quite good. But there is one part of Iwan's writing style I found it kinda disturbing me. It is the imaginary little boy whom he told his whole stories to. I know he wanted to make the story different from others'. But in the book, the way he talked to the boy was always the same and kinda monotonous: that he didn't want the boy to go too soon, and while they waited for something (e.g. food in the cafe, singer in a gig, show in opera), he'd tell his imaginary friend his story, and that way over and over again. Apart from that, it's a nice story.
More...