moilady's reviews
96 reviews

Tokyo & Perayaan Kesedihan by Ruth Priscilia Angelina

Go to review page

dark emotional sad fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.5

 epanjang baca novel ini aku kayaknya dibuat banyak misuhnya karena penggambaran Shira di bagian awal tuh sangat menyebalkan. Belum lagi kayak jalur pendekatannya sama Joshua yang satset tapi aneh dikit. Tapi, lama-lama aku tahu kenapa buku ini dikasih judul Tokyo & Perayaan Kesedihan karena mereka semua tenggelam dalam kesedihan masih-masing.

Kesedihan yang bikin pendar kehidupannya meredup. Lalu, semakin aku baca, kok, ya ternyata Joshua yang lebih menyebalkan. Dia seolah menjadi pusat dunia dalam hidupnya. Jadi figur yang pengen banget aku kata-katain saking menyebalkannya. I feel bad for his mother and his sister.

Kurangnya (menurutku) cuma perubahan kata ganti aku di awal aja. Yang mana buku ini pakai sudut pandang pertama, dia pakai sebutan gue, tapi sempet ganti ke aku, terus ke gue lagi. Kalau sisanya, sih, menurut aku oke. 

Expand filter menu Content Warnings
Tempat Paling Liar Di Muka Bumi by Theoresia Rumthe, Weslly Johannes

Go to review page

emotional inspiring lighthearted relaxing fast-paced
  • Plot- or character-driven? N/A
  • Strong character development? N/A
  • Loveable characters? N/A
  • Diverse cast of characters? N/A
  • Flaws of characters a main focus? N/A

3.5

Seaside: Dendam Takkan Pernah Terhapus Waktu by Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, Zee

Go to review page

challenging dark tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? N/A
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

Content warning: violence, murder, gore, cannibalism.

Seperti yang kujanjikan, aku berada di sini setelah dia sadar bahwa apa yang ia lakukan salah. Di sini: di tepi pantai, di kampung halamannya.

Aku udah baca beberapa buku lain punya Kak Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, tapi gak tau kenapa sama buku ini tuh sebel banget. Mungkin karena pakai sudut pandang pertama, Aku, jadinya aku ngerasa kalau si Aku ini tuh kok ya aneh-aneh ajaib.

Ceritanya sih fokus sama pembalasan dendam dari karakter Aku ini, yang mana sebenernya cukup sadis dengan penggambaran gimana dia menghabisi musuh-musuhnya (atau lebih tepatnya musuh ayahnya) satu demi satu. Dari mulai tindak penghilangan nyawa yang biasa seperti ada di film-film atau buku-buku lain, sampai tindak penghilangan nyawa seperti seorang psikopat
dengan bumbu kanibalisme. Bayangin, kalian dikasih daging, steak, sama orang lain, tapi dagingnya itu daging manusia.
Jujur, ngeri.

I'd like to say she's definitely bulol, kok ya bisa menyimpan perasaan sama Alri? Halo?


Tapi, selain sebelnya aku sama si Aku ini, buku ini masih tetap bisa bikin aku bengong selama baca sampai dengan selesai. Apalagi waktu sampai di bagian terakhir dari bukunya, ditambah dengan epilog, beneran bikin bengong banget. Kayak, KOK YA BEGINI AKHIRNYA? Tapi, aku rasa bukan Kak Ziggy kalau gak nulis akhir cerita yang bisa bikin kita (aku pribadi) geleng kepala karena plot twistnya 

Expand filter menu Content Warnings
Catatan Perang Korea by Mochtar Lubis

Go to review page

dark emotional informative inspiring fast-paced

3.75

Ini adalah kali pertama membaca buku karya Mochtar Lubis. Awalnya karena iseng cari buku di ipusnas, dan muncul buku ini sebagai rekomendasi. Buku ini sangat menarik, walaupun penyampaiannya terbilang lawas, tapi masih bisa dimengerti dengan mudah.

Selama baca buku ini, jujur, aku sedikit merinding karena membayangkan sebuah negara yang sekarang terlihat sangat maju, bisa sangat terlihat hancur pada saat itu. Mayat ada di mana-mana, bau darah hingga kotoran manusia yang dijadikan pupuk tanaman. Belum lagi kebingungan dua pihak yang sulit membedakan mana warga Korea Selatan dan mana warga Korea Utara.

Penyampaiannya juga sangat menarik, menurutku. Di mana pembaca diajak untuk melihat dari dua sisi, gak condong ke salah satu negara, semua dibuat netral. Buku ini bisa dibilang berfokus pada kehidupan yang dijalani oleh warga di sana, dan kesedihan-kesedihan yang mengiringi langkah mereka menuju pengungsian maupun tempat-tempat lain mencari perlindungan. Berbeda dengan wartawan/pres lain (yang disebutkan di dalam buku), mereka mencari dan meliput kekuatan serdadu masing-masing untuk diberitakan, tetapi beliau benar-benar berusaha untuk berkomunikasi dengan masyarakat.

Situasinya sunggung kelam, dan gelap. Aku sendiri banyak merinding dan sedikit-banyak antara percaya dan gak percaya dengan keadaan di sana waktu itu. Tapi, mungkin itulah kebenarannya. Siapa yang tahu?

Tapi, pesan yang disampaikan dalam buku ini menurutku tersalurkan dengan baik dalam bahasa yang sederhana. 

Expand filter menu Content Warnings
Things Left Behind: Hal-hal yang Kita Pelajari dari Mereka yang Telah Tiada by Kim Sae-byoul, Jeon Ae Won

Go to review page

emotional inspiring lighthearted sad medium-paced

4.0

Waktu baca buku ini aku banyak banget merenungnya, dan bahkan kayaknya gak bisa dibilang selesai dengan cepat karena banyak sedihnya. Mungkin karena buku ini bukan buku fiksi, jadi bayangan kejadian yang ada di buku terasa sangat nyata.

Buku ini ngasih gambaran kehidupan orang-orang yang menurutku lebih ke kehidupan orang kota. Gimana mereka yang justru abai sama sekitar sampai-sampai ada yang gak sadar kalau tetangga atau di sekitar mereka ada yang meregang nyawa. Belum lagi keluarga yang ditinggalkan ada juga yang justru abai dan gak peduli sama korban itu sendiri, lebih parahnya lagi ada anak yang hanya peduli sama harta orangtuanya.

Jujur, jahat banget.

Buku ini juga ngasih tamparan kecil-kecil gimana kasih sayang orangtua yang gak akan pernah habis meskipun ajal menjemput, sedangkan anak bisa dengan mudah berusaha untuk terus hidup meski ditinggalkan. Ada juga ketika orang-orang yang meninggal dalam kesepian yang hanya bertemankan hewan peliharaan, buatku yang juga punya hewan peliharaan, bagian itu bener-bener bikin aku sedih banget. Ada beberapa tulisan yang cukup kena banget di aku, salah satunya,

Semua orang menutup hidung dan menjauh karena bau yang meruap dari jenazah itu. Namun, ada seseorang yang datang berlari, memeluk jenazah itu, dan menangis. Ayah almarhum. Sang ayah menempelkan wajahnya dan menggosokkan pipinya di wajah anak perempuannya. Dia cukup lama bertahan di tempat itu.
Baik hidup maupun mati, bahkan sudah membusuk pun, dia tetaplah anak perempuan yang berharga bagi ayahnya.

- Halaman 5.

Anak itu haus akan kasih sayang orangtua, tetapi alih-alih mendapat kasih sayang, dia mendapat luka di sekujur tubuh dan hatinya. Siapa yang melempari anak ini dengan batu? Jangan-jangan itu semua karena kesalahan kita, orangtua, yang tidak meraih tangan yang diulurkan kepada kita.

- Halaman 27

Choco bertahan hidup dengan susah payah di sisi tuan lamanya yang meninggal. Lalu dia menjadi keluarga kami. Itu bukan pilihan Choco. Datang ke rumah almarhum atau pun datang ke rumah kami bukan pilihannya. Tetapi, si Choco memberikan kasih sayang begitu banyak kepada tuan sebelumnya dan kepada kami. Itu pilihan si Choco sendiri.

- Halaman 182

Merahasiakan penyakit kepada keluarga tidak akan mengurangi beban keluarga, malahan memberi rasa bersalah kepada mereka. Menyatakan bahwa kamu mengidap penyakit mungkin pada awalnya bisa menjadi beban, tetapi jika merahasiakan penyakit kepada anak-anakmu, mereka akan hidup dalam rasa bersalah seumur hidup sesudah kamu meninggal.

- Halaman 197

Tidak bisa hidup bagi diri sendiri demi menolong orang lain adalah seuatu yang bodoh. Bila kita hidup dengan baik-baik, kita pasti bisa menolong orang lain.

- Halaman 198

Buatlah banyak kenangan bersama orang-orang yang kita kasihi. Kenangan itu akan memberikan kehangatan saat ajal kelak menjemput kita.

- Halaman 199

Semoga kita semua bisa terus sehat dan saling membantu satu sama lain.

Expand filter menu Content Warnings
Pasta Kacang Merah by Durian Sukegawa

Go to review page

emotional hopeful inspiring reflective relaxing sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.75

Salah satu buku yang heartwarming yet full of sorrow menurutku. Baca buku ini tuh sebenarnya bisa dibilang bikin aku merasa cukup santai. Bukan buku yang bikin aku merasa kayak lagi dikejar-kejar sama alur yang penuh plot twist, walaupun sebenernya buku ini masih ada plot twistnya sedikit. Ya, tapi bukan sesuatu yang bikin bengong terkaget-kaget.

Waktu baca buku ini aku dibuat merenung banyak-banyak. Rasanya kayak baca sesuatu yang sangat realistis. Hangat, tapi sedih. Mungkin kalau bacanya bukan pas malam-malam, aku akan nangis. Hehehe.

Buku ini lebih banyak bercerita tentang Sentaro si penjual dorayaki, dan Tokue si nenek yang ternyata seorang penyintas penyakit Morbus Hensen atau di Indonesia kayaknya lebih sering disebut kusta. Awalnya aku gak ngeh ke penyakit itu, lebih menduga ke arah penyakit peradangan tulang walaupun udah dikasih hint di awal cerita. Tapi, setelah baca hampir lebih dari setengah akhirnya dikasih penjelasan mengenai masa lalunya Tokue.

Aku seperti dikasih gambaran gimana perlakuan kejam dan tersiksanya orang-orang yang saat itu menderita penyakit tersebut, dan hal itu juga sukses bikin aku bener-bener sedih dan banyak-banyak bersyukur karena hidup di masa sekarang. Tapi, ada satu hal yang bikin aku merenung, soal apa yang dibilang Nenek Tokue soal kehidupan di mana mau seberubah apapun situasi dan kondisi di dunia, hal tersebut gak serta-merta akan mengubah pandangan atau sifat manusia itu sendiri terhadap sesuatu yang sudah dianggap seperti sebuah kemalangan.

Membayangkan Nenek Tokue yang saat itu masih belum genap menginjak dewasa harus menjalani kehidupan yang sebegitu susah dan menyayat, membuat aku rasanya pengen nangis. I'm weak for things like this, indeed.

Kayaknya, aku akan sedikit susah buat move on dari buku ini. Worth to read if you need something that can make you grateful for what you have now. 
Rumah Lebah by Ruwi Meita

Go to review page

dark emotional mysterious tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? N/A
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.75

PARAH.
BINGUNG.
BANGET.

Aku sama pacarku punya inside joke soal buku dengan cover warna kuning. Kita Pergi Hari Ini, Di Tanah Lada, dan Convenience Store Woman - Gadis Minimarket udah masuk daftar buku kuning lebih dulu, dan sekarang buku Rumah Lebah akhirnya joining the club.

Kita berdua baca buku ini cuma satu hari. Iya, satu hari, gak lebih, gak kurang. Mulai baca sekitar jam setengah empat sore, dan selesai tepat jam dua belas malam. Jujur, lumayan agak nagih bacanya karena kita berdua dibikin super penasaran. Awalnya kita kira memang ada hantu, tapi ternyata ...

Di bagian awal, kita (lebih tepatnya aku pribadi), dibuat suuzon maksimal sama Mala, walaupun sebenernya pas sampai ending ya sedikit speechless juga sama bocah itu. Tapi waktu sampai ke bagian akhir, aku lebih banyak dibikin kasihan sama Mala. Karena di umur segitu dia sudah diharuskan berhadapan sama situasi yang mungkin orang dewasa aja gak sanggup buat hadapi.

Selama baca kita kembali dibuah hah heh hoh banget (seperti biasa), terus diajak merinding banyak-banyak sampai akhirnya dibikin kesel masimal sama karakter Rayhan. Malesin banget, soalnya, jujur, dia sok ganteng, sok paling bebas dan si paling penikmat kesempurnaan. Seolah-olah dia punya waham kebesaran, menurutku.

Waktu baca buku ini aku kayak diajak kembali mengingat sama salah satu buku yang pernah aku baca, Alter Ego: Nayla VS Setengah Jiwanya, dengan bahasan situasi psikologi yang juga serupa.

Aku beneran dibuat nyaman selama baca buku ini, bisa dibilang ini menjadi salah satu buku psychology thriller terbaik yang pernah aku baca. Suka banget sama gimana kita diajak buat melihat dari sisi Mala dan Nawai walaupun aku sempat bertanya-tanya, kenapa gak ada sudut pandang Winaya?

Overall, I recomend this book kalau lagi mau sedikit dibikin emosinya campur aduk dan lowkey stres setitik. 

Expand filter menu Content Warnings
Convenience Store Woman - Gadis Minimarket by Sayaka Murata

Go to review page

dark emotional sad fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? N/A
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

Gak tau mau jelasin tentang buku ini kayak gimana. Tapi, yang jelas buku ini tuh tipis tapi bisa banget nyenggol segala arah. Sedihnya ada, anehnya ada, kasihannya ada, creepynya ada banget, marah dan keselnya apalagi, numpuk maksimal.

Selama baca buku ini, aku teringat sama salah satu video yang pernah aku tonton. Sebuah video yang menggambarkan isi pikir seseorang dengan skizofrenia, dan buku ini ngasih sensasi yang sama ketika aku nonton video itu. Buku ini serasa membawa kita masuk ke dalam isi kepalanya, bagaimana dia melihat dunia sekitar dia dan bagaimana pola pikirnya berbeda dengan orang-orang kebanyakan.

Tapi, di sisi lain, persoalan yang menekan dia rasanya terlalu nyata, terlalu real, seperti kenapa usia kepala tiga pekerjaannya belum tetap, atau kenapa belum menikah, atau kenapa ini dan kenapa itu. Rasanya, I can relate to the situation, yang mana tekanan-tekanan ini memang ada, sejak dulu sampai sekarang di kehidupan sosial.

Sebetulnya, Furukura gak ganggu sama sekali walaupun pola pikirnya jelas berbeda, justru lingkungan sosialnya yang terkesan terlalu ikut campur dengan urusannya dia.

Tapi, ada satu yang bikin aku benar-benar kesal. Marah banget. Sosok Shiraha benar-benar parasit, bikin emosi. Pokoknya kesel banget. Harusnya dia udah jadi fossil. POKONYA SHIRAHA ANEEEEEEEH.

Buku ini sendiri pacenya cepet, mengingatkan aku waktu baca Cursed Bunny yang sukses bikin aku penasaran terus-terusan. 

Expand filter menu Content Warnings
Jakarta Sebelum Pagi by Ziggy Zesyazeoviennazabrizkie

Go to review page

challenging dark emotional sad slow-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? N/A
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5

Jujur, buku ini aneh, aneh banget. Buku dengan genre romance yang paling aneh yang pernah aku baca. Bukan aneh dengan konotasi negatif, tapi aneh yang bikin aku mikir, kok bisa kepikiran nulis buku kayak gini?

Tapi, namanya juga Kak Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, kayaknya kalau gak bikin cerita dengan plot twist rasanya akan kurang.

Dari awal sampai pertengahan menuju akhir mungkin ini bukan buku yang akan aku baca terus-menerus sampai selesai dengan cepat, karena aku sendiri butuh waktu yang lama banget buat selesaiin baca buku ini. Mungkin buatku pribadi, dari awal sampai pertengahan itu isinya biasa aja, sedikit bertele-tele yang gak bikin aku greget banget buat pengen selesaiin buku ini dengan cepat. Apalagi Emina yang jujur, buatku nyebelin banget. Kadang bikin aku kayak, apaan sih?

Walaupun butuh waktu yang lama banget buat mencapai setidaknya bagian akhir dari cerita ini, aku cukup enjoy bacanya. Apalagi waktu sampai ke bagian ceritanya Pak Meneer. Aku lagi-lagi dibuat bengong kayak tukang keong yang hah heh hoh.

Kak Ziggy lagi-lagi bisa bikin aku kaget sampai bingung dan heran karena ujung cerita yang bener-bener gak pernah terlintas dalam isi kepalaku. Apalagi dengan kisah cintanya Emina dan Abel yang beneran aneh tapi gak aneh. Maksudnya cara mereka ketemu dan proses mereka deket yang bikin aku mikir ini aneh banget, tapi selebihnya ketika mereka mengambil sebuah keputusan buat ke depannya, mereka kayak menggambarkan beberapa orang (termasuk aku) yang mungkin bisa relate?
Semacam, yaudah kita jalanin aja dulu.

Overall, bisa banget dibilang aku lumayan suka dengan buku ini dan gak aneh juga kalau banyak banget orang yang rekomendasiin dan suka juga sama buku ini termasuk teman-temanku. 

Expand filter menu Content Warnings
Le Petit Prince - Pangeran Cilik by Antoine de Saint-Exupéry

Go to review page

emotional inspiring reflective fast-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? N/A
  • Flaws of characters a main focus? No

4.0